Bicara tentang wanita sungguh mengasikkan dan takkan pernah habis-habisnya sebagai inspirasi. Baik atau buruk sebagai topik pembicaraan tetap saja mengundang interes bahkan kerap sambil membicarakannya disela gelak tawa serta tak jarang telan ludah karena getar imajinasi.
Wanita memang tahan banting (megantung bok akatih) ketika melahirkan anak, dan (asuri sampad) tanpa ampun meracik derita manakala ia diperlakukan semena-mena. Ia bisa menyemburkan “pracanda”, merefleksikan kedahsyatan nestapa lebih-lebih sebagai “wyala”, seekor ular berbisa yang mematikan. Untuk jelasnya identifikasi wanita dengan kebolehan seperti ini terlukiskan di dalam Sloka 426 Sarasamuscara “ antakah pavano mrtyuh patalam vad- avamukham, ksuradhara visam sarpo vahnirityekatah striyah”.
Disisi lain manakala wanita mendapat perlakuan yang baik, maka ia bisa melahirkan cinta pengikat laki-laki sekaligus meruntuhkan kelaki-lakiannya. Laki-laki yang telah terjerembab dipelukan wanita merasakan tubuhnya dibelenggu rantai birahi, ibaratnya seekor ikan yang terjaring pukat dan terpenjara dalam akuarium asmara wanita.